SAKIT TENDON.Terapi Gelombang Kejut, Terobosan Baru Penyembuhan Tendinitis
Jakarta - Pernahkan Anda
saat bangun tidur, ketika memijakkan kaki ke lantai tiba-tiba daerah di
sekitar tumit Anda terasa sangat nyeri dan sakit. Atau bagi para wanita
yang sering menenteng tas lengan yang isinya barang berat, tiba-tiba
Anda merasa daerah di sekitar sikut terasa nyeri.
Hati-hati, mungkin Anda mengalami gejala peradangan tendon yang dalam dunia medis disebut Tendinitis.
Tetapi apakah Anda sendiri tahu apa itu tendon? Tendon merupakan struktur dalam tubuh yang elastis namun kuat yang menghubungkan otot dengan tulang.
Gerakan-gerakan tubuh seperti berjalan, mengangkat, melompat, dan bentuk gerakan lainnya terjadi karena jasa otot rangka yang menggerakkan sendi. Jadi ketika otot ini mengalami kontraksi, tulang akan tertarik yang menghasilkan gerakan-gerakan tersebut. Nah, struktur yang memindahkan kekuatan kontraksi otot ke tulang inilah yang disebut dengan tendon.
Tetapi apa jadinya jika tendon-tendon tersebut mengalami peradangan?
Biasanya kasus yang umum ditemukan sebagai penyebab tendinitis adalah akibat olahraga yang berlebihan atau gerakan yang berulang-ulang.
Hal ini kerap terjadi pada orang yang memasuki usia pertengahan (30-50 tahun) dikarenakan pada usia tersebut tendon menjadi lebih peka terhadap cedera. Namun, tendinitis juga dapat dialami oleh yang masih muda, salah satu penyebab umumnya karena olahraga berlebihan serta tanpa pemanasan.
Seperti ilustrasi yang telah digambarkan di atas, gejala tendinitis ditandai dengan rasa nyeri dan pembengkakan pada area tubuh seperti bahu (Supra Pinatus), pergelangan tangan (De Quervain’s Tenosynovitis), siku (Golfer’s Synd/Tennis Elbow), lutut (Patellar Tendinitis) dan tumit (Achilles Tendinitis) ketika diraba atau digerakkan.
Kemudian selubung sendi juga akan membengkak dan muncul suara gemertak yang bisa didengar melalui stetoskop ketika sendi digerakkan. Rasa nyeri yang dirasakan pada siku ketika ditekuk, juga salah satu akibat tendinitis di atas otot biseps pada lengan.
Ada berbagai cara penyembuhan yang bisa dilakukan. Jika nyeri tendon dirasa tidak terlalu mengganggu, dalam arti pengobatan konvensional seperti istirahat, kompres, dan terapi fisik dapat mengurangi rasa sakit, maka Anda hanya menderita tendinitis akut.
Tetapi tendinitis perlu mendapat penanganan serius ketika rasa nyeri tersebut tidak menghilang setelah satu bulan yang mengakibatkan terhalangnya aktivitas sehari-hari, bahkan tidak dapat digerakkan sama sekali.
Itu artinya peradangan tendon sudah kronis dan perlu dilakukan pembedahan atau operasi untuk memperbaikinya.
Beberapa orang terlanjur alergi mendengar kata operasi, yang membuat mereka lebih memilih penyembuhan secara konvensional.
Masalahnya, terkadang rasa nyeri yang tak tertahankan membuat penderita membutuhkan pereda rasa sakit, salah satunya suntik kortikosteroid. Tetapi suntikan ini juga ada resikonya, yaitu jika disuntikkan secara terus-menerus memungkinkan terjadinya robekan tendon dan bahkan merusak.
Dengan berbagai pertimbangan tersebut, ada alternatif lain berupa terobosan penyembuhan yang didukung oleh teknologi canggih yaitu Terapi Gelombang Kejut Radial atau Radial Shock Wave Teraphy (RSWT).
Gelombang kejut yang dihasilkan merupakan suatu stresor mekanik berupa kejutan bertekanan tinggi yang ditransmisikan melalui jaringan pada daerah yang sakit.
Pada intinya RSWT bersifat merangsang atau menstimulasi aktivitas metabolik yang dapat menghambat rasa nyeri serta melancarkan peredaran darah.
Sebagai perbandingan dengan pengobatan konvensional, RSWT memiliki beberapa keuntungan antara lainnya jauh lebih cepat dan efektif, mengurangi efek samping akibat pemberian obat oral dan suntikan kortikosteroid yang berulang, serta meminimalkan tindakan bedah atau operasi.
“Target kami setidaknya pasien harus menjalani empat sampai enam kali terapi dengan selang satu atau dua minggu sejak terakhir melakukan terapi, kata Dr. Laura Djuriantina, Sp. KFR, Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi RS Pondok Indah-Pondok Indah.
"Biasanya, dalam waktu dua minggu banyak pasien mengaku sakitnya berkurang 80 persen. Tetapi kalau ingin benar-benar sembuh, ya target kami empat sampai enam kali terapi, itu artinya masa penyembuhan bisa memakan waktu paling lama tiga sampai enam bulan.”
Lebih lanjut Dr. Laura menyatakan tidak ada efek samping yang berarti ketika menjalani terapi ini kecuali perasaan tidak nyaman sesaat sesudah terapi, tetapi itupun hanya berlangsung sebentar dan akan hilang beberapa jam setelah terapi dilakukan.
“Sama sekali tidak ada injeksi cairan atau zat yang masuk ke dalam tubuh. Ini murni gelombang kejut yang berasal dari kumpulan tekanan udara yang ‘ditembakkan’ ke area tubuh yang sakit," jelas Laura.
"Jadi ini menjelaskan mengapa terapi gelombang kejut tidak ada efek samping. Kalaupun ada, paling kulit yang agak memerah dan sedikit rasa tidak nyaman pada area tubuh yang diberi gelombang kejut. Tetapi itupun dalam beberapa jam saja sudah hilang.”
Namun perlu diketahui, ada beberapa pengecualian bagi pengidap penyakit serius yang tidak dianjurkan untuk menjalani terapi ini. Pengecualian tersebut ditujukkan pada orang yang mengalami pengentalan darah, ibu hamil, serta pengidap kanker, kencing manis, dan kolesterol.
Hati-hati, mungkin Anda mengalami gejala peradangan tendon yang dalam dunia medis disebut Tendinitis.
Tetapi apakah Anda sendiri tahu apa itu tendon? Tendon merupakan struktur dalam tubuh yang elastis namun kuat yang menghubungkan otot dengan tulang.
Gerakan-gerakan tubuh seperti berjalan, mengangkat, melompat, dan bentuk gerakan lainnya terjadi karena jasa otot rangka yang menggerakkan sendi. Jadi ketika otot ini mengalami kontraksi, tulang akan tertarik yang menghasilkan gerakan-gerakan tersebut. Nah, struktur yang memindahkan kekuatan kontraksi otot ke tulang inilah yang disebut dengan tendon.
Tetapi apa jadinya jika tendon-tendon tersebut mengalami peradangan?
Biasanya kasus yang umum ditemukan sebagai penyebab tendinitis adalah akibat olahraga yang berlebihan atau gerakan yang berulang-ulang.
Hal ini kerap terjadi pada orang yang memasuki usia pertengahan (30-50 tahun) dikarenakan pada usia tersebut tendon menjadi lebih peka terhadap cedera. Namun, tendinitis juga dapat dialami oleh yang masih muda, salah satu penyebab umumnya karena olahraga berlebihan serta tanpa pemanasan.
Seperti ilustrasi yang telah digambarkan di atas, gejala tendinitis ditandai dengan rasa nyeri dan pembengkakan pada area tubuh seperti bahu (Supra Pinatus), pergelangan tangan (De Quervain’s Tenosynovitis), siku (Golfer’s Synd/Tennis Elbow), lutut (Patellar Tendinitis) dan tumit (Achilles Tendinitis) ketika diraba atau digerakkan.
Kemudian selubung sendi juga akan membengkak dan muncul suara gemertak yang bisa didengar melalui stetoskop ketika sendi digerakkan. Rasa nyeri yang dirasakan pada siku ketika ditekuk, juga salah satu akibat tendinitis di atas otot biseps pada lengan.
Ada berbagai cara penyembuhan yang bisa dilakukan. Jika nyeri tendon dirasa tidak terlalu mengganggu, dalam arti pengobatan konvensional seperti istirahat, kompres, dan terapi fisik dapat mengurangi rasa sakit, maka Anda hanya menderita tendinitis akut.
Tetapi tendinitis perlu mendapat penanganan serius ketika rasa nyeri tersebut tidak menghilang setelah satu bulan yang mengakibatkan terhalangnya aktivitas sehari-hari, bahkan tidak dapat digerakkan sama sekali.
Itu artinya peradangan tendon sudah kronis dan perlu dilakukan pembedahan atau operasi untuk memperbaikinya.
Beberapa orang terlanjur alergi mendengar kata operasi, yang membuat mereka lebih memilih penyembuhan secara konvensional.
Masalahnya, terkadang rasa nyeri yang tak tertahankan membuat penderita membutuhkan pereda rasa sakit, salah satunya suntik kortikosteroid. Tetapi suntikan ini juga ada resikonya, yaitu jika disuntikkan secara terus-menerus memungkinkan terjadinya robekan tendon dan bahkan merusak.
Dengan berbagai pertimbangan tersebut, ada alternatif lain berupa terobosan penyembuhan yang didukung oleh teknologi canggih yaitu Terapi Gelombang Kejut Radial atau Radial Shock Wave Teraphy (RSWT).
Gelombang kejut yang dihasilkan merupakan suatu stresor mekanik berupa kejutan bertekanan tinggi yang ditransmisikan melalui jaringan pada daerah yang sakit.
Pada intinya RSWT bersifat merangsang atau menstimulasi aktivitas metabolik yang dapat menghambat rasa nyeri serta melancarkan peredaran darah.
Sebagai perbandingan dengan pengobatan konvensional, RSWT memiliki beberapa keuntungan antara lainnya jauh lebih cepat dan efektif, mengurangi efek samping akibat pemberian obat oral dan suntikan kortikosteroid yang berulang, serta meminimalkan tindakan bedah atau operasi.
“Target kami setidaknya pasien harus menjalani empat sampai enam kali terapi dengan selang satu atau dua minggu sejak terakhir melakukan terapi, kata Dr. Laura Djuriantina, Sp. KFR, Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi RS Pondok Indah-Pondok Indah.
"Biasanya, dalam waktu dua minggu banyak pasien mengaku sakitnya berkurang 80 persen. Tetapi kalau ingin benar-benar sembuh, ya target kami empat sampai enam kali terapi, itu artinya masa penyembuhan bisa memakan waktu paling lama tiga sampai enam bulan.”
Lebih lanjut Dr. Laura menyatakan tidak ada efek samping yang berarti ketika menjalani terapi ini kecuali perasaan tidak nyaman sesaat sesudah terapi, tetapi itupun hanya berlangsung sebentar dan akan hilang beberapa jam setelah terapi dilakukan.
“Sama sekali tidak ada injeksi cairan atau zat yang masuk ke dalam tubuh. Ini murni gelombang kejut yang berasal dari kumpulan tekanan udara yang ‘ditembakkan’ ke area tubuh yang sakit," jelas Laura.
"Jadi ini menjelaskan mengapa terapi gelombang kejut tidak ada efek samping. Kalaupun ada, paling kulit yang agak memerah dan sedikit rasa tidak nyaman pada area tubuh yang diberi gelombang kejut. Tetapi itupun dalam beberapa jam saja sudah hilang.”
Namun perlu diketahui, ada beberapa pengecualian bagi pengidap penyakit serius yang tidak dianjurkan untuk menjalani terapi ini. Pengecualian tersebut ditujukkan pada orang yang mengalami pengentalan darah, ibu hamil, serta pengidap kanker, kencing manis, dan kolesterol.
Penulis: Aisya Putrianti Icha/YUD
Tidak ada komentar:
Posting Komentar